Filosofinews.com., Makassar, 11 Maret 2025 – Aspidmil Kejati Sulsel, Dr. M. Asri Arief, S.H., M.Si., MCTP, memberikan ceramah subuh yang inspiratif di Masjid Nurul Mu'jizat, Kompleks Kejaksaan Panakukang, pada 11 Ramadhan 1446 H. Dalam ceramahnya, beliau mengangkat filosofi puasa dengan perumpamaan unik dari alam, yakni ulat dan ular, yang memberikan pesan mendalam tentang hakikat perubahan dan ketakwaan.
Menurut Dr. M. Asri Arief, ulat dan ular sama-sama menjalani puasa, tetapi dengan hasil yang berbeda. Ulat berpuasa secara kaffah, menahan diri selama berminggu-minggu hingga akhirnya bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah. Eksistensinya berubah, tabiat dan kebiasaannya pun ikut bertransformasi. Sementara itu, ular juga berpuasa, namun tujuannya hanya untuk berganti kulit tanpa ada perubahan dalam sifat dan kebiasaannya.
"Dua binatang ini menjadi contoh bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang perubahan diri. Ada yang puasanya membawa transformasi menuju kebaikan, tetapi ada pula yang hanya sekadar menjalankan tanpa ada peningkatan kualitas diri," ungkapnya.
Dr. M. Asri Arief kemudian mengutip Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 183, yang menegaskan bahwa puasa diwajibkan bagi orang beriman dengan tujuan akhir "la’allakum tattaqun"—agar mencapai derajat takwa. Namun, beliau mengingatkan bahwa tidak semua orang yang berpuasa otomatis meraih ketakwaan.
Hal ini diperkuat dengan hadis riwayat Imam Ahmad, yang menyatakan bahwa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya. Oleh karena itu, beliau mengajak jamaah untuk tidak hanya menjalankan puasa secara fisik, tetapi juga memperbanyak zikrullah dan bertaubat kepada Allah SWT, agar mendapatkan pahala yang besar dan keberkahan di bulan suci ini.
Ceramah subuh ini disambut antusias oleh jamaah yang hadir, memberikan perspektif baru tentang makna puasa sebagai sarana perubahan diri menuju ketakw
aan sejati.
Tulis Komentar